Rabu, 29 Juli 2015

Arti Logo Lambang Kabupaten Kulon Progo

Pada kesempatan yang baik ini kami akan memaparkan dengan jelas kepada sahabat jenius jogja, tentang Arti Logo Lambang Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut:



Arti Logo Lambang Kabupaten Kulon Progo memiliki makna dan arti yang dalam sebagai berikut:

Penjelasan makna Lambang Daerah Kabupaten Kulon Progo

1.      Bintang segilima melambangkan landasan idiil perjuangan yaitu falsafah negara Pancasila

2.      Lingkaran melambangkan bahwa dengan landasan idiil yang tetap dan tidak akan berubah itulah segenap lapisan dan aliran masyarakat serta semua keyakinan dapat dipersatukan

3.      Lingkungan yang berbentuk rantai yang tidak terputus melambangkan bahwa semua keadaan di daerah Kulon Progo adalah untuk semua rakyat di daerah Kulon Progo

4.      Kapas dan padi melambangkan bahan kebutuhan pokok, kelapa dan cengkeh menunjukkan produksi khas Kulon Progo

5.      Garis bergelombang tinggi rendah melambangka kondisi alam Kulon Progo bervariasi dari dataran sampai  pegunungan

6.      Coretan 3 buah melambangkan 3 sungai besar di Kulon Progo yaitu Kali Progo, Kali Serang dan kali Bogowonto

7.      Nyala juplak (pelita tradisional) melambangkan jiwa dan semangan pantang mundur.

 Disamping lambang daerah, Kulon Progo memiliki semboyan BINANGUN yang digambarkan dengan simbol berbentuk gunungan.

Secara keseluruhan bentuk logo adalah gambar GUNUNGAN dari dunia wayang kulit. Dalam dunia wayang GUNUNGAN menggambarkan isi dari alam semesta/dunia/ jagad raya, baik manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan segala budayanya yang merupakan wujud, cipta, rasa, karsa dan karya manusia. Gunungan digerakkan oleh dalang pada awal, pergantian episode maupun akhir cerita.

Dalam logo, bentuk gambar gunungan diisi :

1.      Gambar bunga berwarna kuning berjumlah 8 (delapan) merupakan simbolisasi 8 unsur dari motto BINANGUN yaitu: Beriman, Indah, Nuhoni, Aman, Nalar, Guyub, Ulet dan Nyaman.

2.      Gambar kelopak daun berjumlah 5 (lima) berwarna hijau merupakan simbolisasi dari lima sila Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia.


3.      Tulisan KULON PROGO BINANGUN pada tempat kelopak daun yang berwarna kuning dan warna tulisan hitam.


MAKNA WARNA PADA LAMBANG

Kuning           - Lambang Kemuliaan, Keagungan


Hijau             - Lambang Kesuburan, Kamakmuran, Kesejahteraan


Hitam            - Lambang Kesungguhan, Kesungguhan,Kemantapan, Ketenangan


Logo didominasi warna hijau dan kuning, sesuai dengan rontek kabupaten Dati II Kulon Progo yaitu PARE ANOM.

MAKNA MENYELURUH

Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam membangun daerahnya, bertujuan agar menjadi lebih maju, makmur, sejahtera lahir bathin (Gunungan warna hijau dan kuning). Tujuan pembangunan dan cara mencapainya bersumber pada Pancasila dan UUD 1945 (kelopak daun 5 buah dan tempatnya.
Nilai Budaya

SAPARAN KALIBUKO

Kalibuka adalah sebuah pedusunan di Desa Kalireja, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Terdapat dua pedukuhan yaitu Kalibuka I dan Kalibuka II. Upacara Adat Saparan Kalibuka dilaksanakan di kedua pedukuhan ini.

Sejarah Upacara Saparan Kalibuka adalah kisah perjalanan Sunan Kalijaga ketika melakukan siar agama arah Selatan dan berhenti di tempat yang datar dan rata untuk berbuka puasa. Sunan Kalijaga berkata, "Sesuk nek ana rejaning jaman, tak jenengake desa Walibuka." (besok jika ada kesejahteraan zaman, tempat ini saya sebut desa Walibuka). Mereka makan nasi putih dengan lauk sate lengkap dengan bumbunya.

 Nasi (Bhs Jawa: upa) sisa makan berceceran di tempat mereka berbuka puasa. Nasi/upa yang tercecer tumbuh menjadi pohon besar dan tusuk sate (sujen) menjadi rumpun bambu/Pring Gedhe yang ada di daerah Sebatur. Bumbu sate yg terbuat dari asem tercecer menjadi pohon asem yang sampai sekarang masih hidup dan dirawat dengan baik. Pring Gedhe yang terletak di sebelah timur wilayah Sebatur, yang dipagari bambu dan selalu diganti pagarnya setiap kali bersamaan dengan Saparan Kalibuka. Tempat berbuka puasa ini sekarang dipakai sebagai tempat menyelenggarakan Upacara Adat Saparan Kalibuka.

 Upacara Adat Saparan Kalibuka diselenggarakan pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pada bulan Sapar. Upacara ini biasanya diadakan bersamaan dengan tradisi bersih desa atau merti dusun yang diawali dengan membersihkan tempat upacara dan jalan menuju ke Sebatur. Biasanya rumpun bambu / pring gedhe dibersihkan dan pagar bambu diganti dengan yang baru. Pada malam harinya diadakan tahlilan dan tirakatan di Sebatur.

Esok harinya, penduduk Kalibuka menyembelih kambing berbulu putih dengan bulu hitam yang melingkar di badannya seperti kendhit/sabuk (biasa disebut wedhus kendhit dalam bahasa Jawa). Kambing diambil kulit dan dagingnya untuk dimasak para lelaki dusun di Sebatur, dan tidak boleh dicicipi. Kepala kambing dibawa dalam kirab menuju ke Balai Desa Kalireja lalu dibawa ke Sebatur dengan diiringi tenong berisi sesajian dan kesenian khas Kulon Progo termasuk Slawatan karena tradisi ini dimaksudkan untuk menolak bala.

Rangkaian sesaji upacara Saparan Kalibuka adalah:

1. Kupat lepet bermakna bahwa agar segala kesalahan dimaafkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

2. Sega golong bermakna agar jiwa semua anggota keluarga satu brayat selalu kukuh dan selamat.

3. Lauk pauk bermakna pengharapan agar apa yang dihajadkan dapat terkabul

4. Pisang raja sebagai persembahan kepada Tuhan

5. Nasi wuduk bermakna agar para penyelenggara dan peserta upacara selamat yang ditujukan untuk nabi Muhammad SAW

6. Ingkung ayam bermakna untuk mensucikan seluruh warga masyarakat atas segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

7. Kambing ( wedhus kendhit ) merupakan sesaji pokok dalam saparan bermakna untuk memberi gambaran seperti apa yang pernah dilakukan para wali sewaktu berbuka puasa dengan lauk sate kambing.

Sesampainya di Sebatur, kepala kambing didoakan oleh Rois dan ditanam. Doa-doa diucapkan oleh Rois agar diberi keselamatan bagi seluruh penduduk Dusun Kalibuka. Tugas juru kunci adalah membakar kemenyan dan mohon perlindungan dari dhanyang Kalibuka yang ngreksa pundhen Sebatur, antara lain Kyai Kentol Bausetika dan Nyai Kentol Ngamben. Setelah prosesi doa diadakan kenduri yang diikuti oleh penyelenggara danpeserta, sedangkan kaki kambing ditanam di empat penjuru Sebatur, sedangkan daging kambing yang dimasak kaum laki-laki dimakan bersama-sama oleh seluruh peserta upacara untuk mengakhiri Saparan Kalibuka. (-Dinas Budparpora, update 31/1/2011)


Perlu diketahui bahwasannya untuk materi Arti Logo Lambang Kabupaten Kulon Progo dalam dunia pendidikan termasuk bidang studi IPS Ilmu pengetahuan social. Dan dalam pembelajaran ini bukan hanya diberikan hafalan saja, namun ditingkatkan ke materi pemahaman siswa peserta didik. Dari topik pengembangan dari dasar pengetahuan contoh Arti Logo Lambang Kabupaten Kulon Progo menjadi pemahaman adalah dalam bentuk memaknai akan  dan juga mengapresiasi arti tujuannya sehingga pembahasan lebih luas dan berbobot.
Maka dalam kegiatan pembelajaran tambahan berupa les privat di rumah atau bimbel juga diajarkan. Mengingat materi ini juga masuk dalam silabus dan evaluasi sekolah SD, SMP.  Makanya dalam kegiatan tambahan materi pelajaran sekolah berupa baik les privat maun bimbel di kota-kota besar semisal les privat Jogja, Jakarta, Bandung, Medan, ataupun di Surabaya memasukkan tema materi Arti Logo Lambang Kabupaten Kulon Progo.
Lebih lanjut dengan adanya tambahan pengetahuan siswa dan pelajar semakin bertambah. Ke depan mereka memiliki pengertian yang lebih dalam dan kaya akan makna dari hal yang ia pelajari. Semoga materi tentang logo dan arti lambing pemprop maksudnya pemerintah propinsi di Indonesia bisa bermanfaat bagi generasi Gadget sekarang ini.